Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Saturday, May 26, 2012

Menemukan Nemo di Rumah

Oleh Yenti Aprianti

Masih ingat Nemo, seekor ikan badut lucu, berbadan oranye dan bergaris putih, yang hilang pada hari pertama masuk sekolah? Ayahnya, Marlin, sekuat tenaga mencarinya. Nemo sudah ketemu di Bandung.

Bani (14) bukan salah satu penculik nemo. Namun, di rumahnya, siswa kelas II SMP tersebut memiliki nemo. Sejak menonton film animasi produksi Buena Vista Pictures tahun 2003 berjudul Finding Nemo, ia menjadi tertarik pada ikan laut. Akan tetapi, ia tak pernah menyangka bahwa suatu hari ia akan bertemu dan bermain dengan ikan nemo atau clownfish di rumahnya di kawasan Kopo, Bandung.

Pertemuannya dengan nemo terjadi beberapa bulan lalu. Saat tengah bersepeda dengan temannya dan iseng melihat-lihat ikan hias di Jalan BKR, Kota Bandung, penjual ikan hias menawarinya seekor ikan badut alias nemo. Bani tertarik, tetapi sempat menolaknya karena menyangka harganya mahal. Saat diberitahu pedagang bahwa ikan tersebut hanya berharga Rp 15.000 per ekor, ia pun segera mengayuh sepedanya untuk meminta ayahnya membelikan nemo.

Setelah dibelikan seekor nemo dan perlengkapan untuk mengatur kadar keasaman atau pH air agar sesuai dengan kebutuhan jenis clownfish, Bani memiliki nemo di rumahnya. Sayang, nemo pertamanya mati karena ia tidak mengerti cara memeliharanya. "Saya sudah beli beberapa nemo yang lain dan sekarang ingin mencari jenis lainnya," ujar Bani yang menyerahkan perawatan ikan kepada ayahnya.

Penyegaran hidup

Menurut Lina, pedagang ikan hias di Pasar Ikan Muara, Jalan BKR, Kota Bandung, ikan hias laut baru diperjualbelikan di pasar itu sejak setahun lalu. Meski demikian, peminatnya cukup banyak. "Mungkin karena warnanya yang menarik," kata Lina.

Di pasar tersebut berbagai ikan hias laut dijual dengan harga Rp 10.000-Rp 35.000 per ekor. Jenisnya beragam. Ada scorpion yang seolah memiliki banyak kaki, ikan cantik dengan warna ungu dan kuning, ikan balong yang mirip nemo, blue stone yang memiliki warna selang-seling biru dan hitam, dan blue devil yang seluruh tubuhnya berwarna biru.

Ada penggemar ikan hias air tawar yang beralih ke ikan hias laut. Namun, masih banyak penggemar ikan hias air tawar yang bertahan dengan hobinya karena perawatannya dianggap lebih mudah. Masikun (34) sejak kecil mengenal ikan hias, tetapi baru sekitar enam tahun lalu mulai memelihara arwana. Sayang, arwana itu mati karena perawatannya kurang baik. Ia tak berputus asa karena liukan ikan di air membuatnya rileks.

Kini ia tetap menjalankan hobinya memelihara ikan hias. Pilihannya jatuh pada ikan-ikan dengan warna mencolok yang beragam. Salah satu yang dipeliharanya adalah jenis ikan koi. "Saya biasa refreshing lihat-lihat ikan di waktu sore selepas kerja," kata pemilik toko komputer tersebut. Dokter ikan

Menurut Silvia Octavianty dari Bagian Umum Toko Ikan Hias Gampang Ingat 74 di Jalan Karapitan Nomor 74, Bandung, tokonya selalu didatangi pembeli, terutama pada hari Minggu. Pembelinya tak hanya dari Bandung, tetapi juga Jakarta. Karena banyaknya penggemar ikan hias, toko tersebut berencana meluncurkan situs web tokonya bulan depan.

Silvia mengatakan, ikan hias air tawar yang masih banyak penggemarnya sejak sekitar 23 tahun lalu adalah arwana. Jenis termahal adalah arwana super red seharga Rp 4,2 juta. Adapun jenis arwana yang harganya lebih rendah adalah golden red dan irian. Harganya akan bertambah mahal jika ikan makin dewasa. Itu sebabnya, banyak pula yang memeliharanya untuk investasi.

Untuk kalangan menengah ke bawah, jenis ikan panser banyak dicari. Harganya mencapai Rp 5.000-Rp 60.000 per ekor. Ikan koi pun masih diburu penggemarnya dengan harga Rp 500.000-Rp 2 juta per ekor.

Toko yang menjadi langganan banyak pejabat ini juga menyediakan dokter untuk mengobati ikan yang sakit. "Biasanya ikan terserang jamur karena perawatan yang tidak baik, pengaruh cuaca, atau pemberian makan an yang tidak tepat," ujar Silvia.

sumber http://sains.kompas.com

0 comments:

Post a Comment